Jumat, 04 Januari 2008

Antara "Menulis" dan "Menulis dengan Baik"

Dalam salah satu ungkapan bahasa Arab, yang sebagian orang menganggapnya diriwayatkan dari RasuululLaah shallalLaahu 'alayhi wa sallam, ada nasehat seperti ini, "Belajarlah kalian mendengar dengan baik, sebagaimana kalian belajar bicara dengan baik". Saya belum mengelaborasi keshahihan riwayatnya, apakah benar merupakan Hadits Nabi atau bukan, tapi yang jelas ungkapan tersebut sangat sesuai dengan sifat hamba-hamba Allah Subhaanahuu wa Ta'aalaa yang mendapat sebutan ULUL ALBAAB (orang-orang yang berakal), seperti dalam Q.S. Az Zumaar ayat 17 dan 18 yang maknanya sebagai berikut :

"[17]...sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, [18] yang mau mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk, dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."

Benar, kebanyakan manusia susah untuk belajar mendengar dengan baik. Mereka lebih sering sibuk menghiasi kata-kata dan pembicaraan mereka agar lebih didengar orang. Padahal hikmah kita diberi satu mulut dan dua telinga, antara lain, adalah agar kita lebih banyak mendengar daripada bicara.

Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan ini?

Kalau dikiaskan, bisa juga kita menarik kesimpulan bahwa kita harus lebih banyak membaca daripada banyak menulis. Tapi sayangnya analogi ini tidak terlalu tepat karena :

1. Kita belajar membaca lebih dahulu dari belajar menulis (beda dengan "belajarlah mendengar dengan baik sebagaimana kalian belajar bicara dengan baik").

2. Belajar menulis tidak cukup dengan hanya banyak membaca tapi perlu berlatih cara menuangkan hal-hal yang diserap sebagai hasil bacaannya itu dalam tulisan (beda dengan ungkapan di atas, yang mengisyaratkan orang bisa berbicara baik tanpa mendengar dengan baik, walaupun tentunya kalau dia mau mendengar dengan baik akan lebih baik lagi pembicaraannya).

3. Tidak terlalu berhubungan tapi bisa menunjukkan bahwa analoginya kurang tepat, yaitu : mata kita dan tangan kita sama-sama ada dua (he...he...).

Meskipun analoginya tidak terlalu tepat, tapi secara prinsip ada kesamaan yaitu : kita harus belajar membaca dengan baik dan juga belajar menulis dengan baik pula.

Menulis adalah salah satu dari 4 keterampilan berbahasa : mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Zaman dahulu kita menulis dengan pena dan kertas, tapi sekarang kebanyakan kita "menulis" dengan bantuan papan ketik (keyboard). Dengan adanya komputer dan internet pekerjaan menulis jadi kegiatan yang sangat sering dilakukan sehari-hari. Profesi sebagai penulis di zaman kita ini sangat menjanjikan hasil yang menguntungkan, baik keuntungan duniawi maupun ukhrawi ... insya Allaah. Tentunya bukan dengan asal menulis, tetapi menulislah dengan baik!

Bagaimana caranya agar kita bisa menulis dengan baik?

Seorang wartawan di salah satu Harian papan atas Jawa Barat, Tendy K. Somantri, menyatakan bahwa resepnya di tahap pertama ada 1000 dan dilanjutkan dengan tahap ke-2 ada seribu juga. Apa itu? MEMBACA...1000x dilanjutkan dengan MENULIS...1000x juga :)

Adapun Jonru, tokoh di balik sekolah menulis online belajarmenulis.com menyatakan : menulislah dengan perasaan, tulisan harus mengalir, mengikuti keinginan kita apa adanya, dan jangan dibuat-buat. Begitu kurang lebih yang saya tangkap. Ada benarnya, karena salah seorang rekan saya juga menyatakan hal tersebut pada salah satu tulisan di blognya, yang terus terang merupakan salah satu blog favorit yang sering saya kunjungi.

Saya sendiri mempunyai asumsi bahwa penulis yang baik adalah yang punya kelebihan atau kepakaran, meskipun "orang biasa" bisa juga mengasah kepakarannya kalau benar-benar serius dalam belajar menulis. Bukti untuk asumsi ini lihat saja blognya Cosa Aranda, Priyadi, Yusril Ihza Mahendra, dan tentu saja... saya sendiri (he...he...). *ampun bet jadi katularan narsisna kang Agah kieu, yeuh! (Kata Aa Gym mah terlalu banyak nyebut "sayah", meureun!)*

Adapun bagi yang ingin mengasah lebih jauh kemampuan menulisnya, baik sebagai pemula maupun penulis senior, sekolah menulis online belajarmenulis.com adalah alternatif yang sangat menjanjikan.

Pada mulanya saya agak kurang sreg dengan situs ini, khoq ada yang berani-beraninya ngaku bisa ngajarin nulis? Namun setelah menjelajahi situs tersebut dan tautan (link) yang diarahkannya, mulai timbul kekaguman pada seorang Jonru (maaf, bukan sekedar memuji nih!). Salah satunya karena beliau mampu "mengimbangi" orang-orang papan atas dunia blogging, sebut saja Priyadi dan Prof. Amal di antaranya.

Hal ini bukan berarti tak ada kekurangan dalam situs tersebut. Salah satunya, gambar di bannernya bisa misleading. Waktu pertama kali membuka situsnya, saya tercengang ... khoq Jonru keren banget, sih? (*mungkin karena saya yang terlalu polos*)

INILAH "JHON ROE" MENURUT SAYA SEBELUMNYA...HE...HE...



Tapi alhamdulilLaah, setelah membuka jonru.net barulah saya tahu bahwa ternyata Jonru berjenggot juga seperti saya (*tambah yakin, nih!*).

DA...N, INILAH SEJATINYA "JHON DOE"...EH BANG JONRU, DING



Hal yang perlu disayangkan juga adalah tidak adanya panduan tur singkat yang bisa meyakinkan pendatang situs ini untuk mau belajar menulis melalui sekolah menulis online ini.

Adapun tags yang ditampilkan di halaman utama bisa agak meyakinkan pemula yang mendatangi situs ini, asal dia menindaklanjutinya dengan meng-klik tautannya.

'Alaa kulli haal atau anyway *duh.../swt deh*, situs ini memang pantas menyatakan MAMPU MENGAJARI ANDA BELAJAR MENULIS. Mau belajar menulis? Ya, di belajarmenulis.com tempatnya!!!

WalLaahu a'lam.

13 komentar:

Anonim mengatakan...

Menulis, semua orang bisa. Menulis dengan baik, banyak orang bisa. Menulis untuk menghasilkan uang, itu soal relationship (silaturahim?). Gitu deh, yang saya yakini sejauh ini. Mau saya sih, kalau bisa keempat2nya (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis)terampil, tentu jauh lebih baik kalee ya. Trimz ust, sudah juga menjadi guru menulis.

Anonim mengatakan...

alhamdulillah akhirnya lahir juga Blog ustadz abu yahya..

selamat stadz..semoga terus bisa berbagi ilmu dengan kita..

salam...

agus al muhajir
http://abuhaydar.wordpress.com

abuyahya mengatakan...

JazaakumulLaahu khayraa...

Terima kasih atas komentar 'n dukungannya,

Knp ya, banyak yg "segan" ngasih komentar ke "Ustadz" yg sebenarnya masih bisa pake "bahasa gaul" ini ? ;-)

Secara...hush...*jangan diterusin, deh*

Mudah-mudahan krn hati-hati, bukan krn "takut disanggah" he..he...

Bagaimanapun, semoga antum semua terus meningkat keimanan dan ketaqwaaannya...

Aamien.

Anonim mengatakan...

Bang Haji!
Ternyata pinter nulis juga ya. Seorang Entrepreneur juga nih. Salut!

Kalau saya nih, menulisnya baru sekedar iseng-iseng, dan belum pernah belajar menulis buku.

Motivasinya ingin membuktikan lagi, bahwa apa yang saya inginkan, meskipun saya belum pernah lakukan... pasti terlaksana atas ridho ALLAH.

Nah, saya coba jadi penulis buku, yang saya kirimkan ke penerbit besar ELEX MEDIA KOMPUTINDO.

Biasanya, jika penulis baru, ELEX sulit sekali ditembus, dan penulis biasanya diminta berkali-kali presentasi di hadapan Tim Redaksi, bahwa bukunya latak terbit dan layak jual.

Nah, saya tidak pernah masuk Kantor ELEX MEDIA KOMPUTINDO sampai saat ini. Tapi buku saya diterbitkan tanpa ada permintaan revisi lagi. Langsung terbit begitu saja. Sampai 3 buku lagi... hehehe ikutan narsis nih...

Ingin tau rahasianya? Hanya Kekuatan Pikiran Saya berbalut Do'a saja, yang membuat buku-buku saya langsung terbit dan langsung laku dibeli orang.

Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano

abuyahya mengatakan...

Terima Kasih, Pak Raden

Emang si Unyil ini lagi belajar

....kembali ke Laptop Si Unyil!

(Bukan Thukul, lho!)

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum ustad,

Nampaknya udah banyak kemajuan nih ustad. Dan menurut saya bahasa tulisan ustad cukup ringan dibaca. Memang "penyakit" orang skr tidak bisa dikasih yang rumit-rumit. Tapi ketinggian ilmu menulis seseorang itu akan terlihat ketika ia bisa menulis persoalan rumit dalam bahasa yang sederhana.

Saya juga sedang belajar menulis ustad, kalau ada waktu silakan berkunjung ke http://ahmuzaki.multiply.com.

Menurut saya, kunci penting menulis adalah just do it. Lakukan dulu, baru sedikit demi sedikit diperbaiki teknik menulisnya. Orang yang punya keinginan menulis tapi gagal menjadi penulis biasanya terjebak di sini (termasuk saya, hehehe). Kebanyakan baca tulisan how to write, tapi aplikasinya kurang.

Sekali lagi selamat, mudah-mudahan menjadi sarana ibadah. Amin.

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah... Allah Maha Pemberi Petunjuk... Disesatkannya antum ke blog saya, hingga sampailah saya kesini... Blog yang banyak memberi pelajaran.
Jazaakumullahu khairan katsiira.
Jangan bosan menengok ke blog saya.

Anonim mengatakan...

wah... ini tulisan bagus, memberikan semangat kepada kita untuk trus belajar n belajar. Jaza kumulaah katsira

Anonim mengatakan...

Nambah ya ... Krashen (dalam kutipan, Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza) seorang peneliti bahasa menemukan makna baru dari aktivitas membaca dan menulis. Dikatakan Krashen, “writing style does not come from writing but from reading”, bahwa kebiasaan menulis bukan dibentuk oleh aktivitas menulis tetapi oleh aktivitas membaca!
Benarlah adanya, bahwa seorang penulis besar adalah pembaca besar!

Anonim mengatakan...

hehe..baru main ke blog ustadz. Dulu waktu pertama kenal blog ini dari blog kang agah, sa link di blog sy sendiri, eh ternyata ada temen yang liat link itu dan nanya, "ini bener blog ust abu?" ya sy juga ragu, akhirnya sy nanya kang agus al muhajir, katanya bener. Dia balik bilang, "ga mungkin. Sy ragu" katanya, "Sy akan nanya ke temen dl.", katanya beliau tuh mutarobbinya ustadz di SMA..hmm..
Btw, tulisannya ...

Anonim mengatakan...

eh iya lupa, sy yg punya epugi.blogspot.com
lebih sering blogging di wordpress sekarang :)

Anonim mengatakan...

oya, ini tulisan yang diikutsertakan di lomba menulisnya bangjonru ya? bagus banget ustadz, sy mah pabalatak tulisan untuk lomba itu teh, ga enak..

Agus Purwanto mengatakan...

Terima kasih Pak Ustad, ulasannya luar biasa menggugah selera dalam menulis, seo nya juga mantap.
Good Luck :)