Minggu, 31 Agustus 2008

Marhaban Yaa Ramadlaan...

AlhamdulilLaahi washsholaatu wassalaamu 'alaa RasuulilLaah,

Segala puji bagi Allaah 'Azza wa Jalla, yang telah menganugerahkan pada kita satu bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan.

AlhamdulilLaah, Ramadhan 1429 dimulai secara serempak bagi seluruh umat Islam di Indonesia, yaitu bertepatan dengan Senin 1 September 2008. Karena awalnya ditetapkan dengan sidang itsbat berdasarkan hisab maupun ru'yatul hilal, maka konsekwensinya Ramadhan tahun ini akan berlangsung 30 hari, insya Allaah.

Berdasarkan perhitungan, tanggal 31 Agustus 2008 yang bertepatan dengan 29 Sya'ban 1429 Hijriah ketinggian hilal di seluruh Indonesia saat matahari terbenam berkisar antara 4 sampai 5,5 derajat. Konjungsi atau ijtimak yang menandai siklus baru peredaran bulan terjadi pada pukul 3:59 pagi hari Ahad 31 Agustus 2008. Bagian bulan yang tercahayai matahari dilihat dari Bumi hanya sekitar 0,5% saja, namun di Indonesia dianggap hilal yang lebih tinggi dari 2 derajat dianggap sudah ImkaanurRu'yah (memungkinkan untuk bisa dilihat) sehingga pengakuan rukyat Ahad sore diterima sebagai salah satu pertimbangan menetapkan 1 Ramadhan 1429 jatuh malam Senin.


Sementara itu, pada tanggal 29 September 2008 di seluruh Indonesia bulan berada di bawah ufuk saat matahari terbenam, demikian pula di Saudi Arabia. Dengan demikian tanggal 30 September adalah tanggal 30 Ramadhan, dan shaum kita tahun ini genap 30 hari. 1 Syawal 1429 H jatuh pada hari Rabu, 1 Oktober 2008. Insya Allaah lebaran tahun ini pun akan disepakati oleh ormas-ormas Islam di Indonesia.

Selamat datang wahai Ramadhan!!!

Yaa Allaah, jadikanlah Ramadhan tahun ini menjadi penghapus dosa kami, penerang jalan kami, dan penyelamat kami dari bencana dan kesulitan, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti...! Aamien.

Sabtu, 16 Agustus 2008

Shalat Gerhana

AlhamdulilLaahi wash shalaatu was salaamu 'alaa RasuulilLaah...

Hari ini, 17 Agustus 2008 untuk seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan peristiwa langka, yaitu Gerhana Bulan (insya Allaah jika tidak mendung tentunya). Peristiwa bulan tertutup bayangan bumi dimulai jam 02.36 WIB dan berlangsung sampai bulan terbenam dalam keadaan gerhana sekitar 3 jam 9 menit kemudian (jam 05.45 WIB). Puncak gerhana terjadi ketika 80% bagian bulan tertutupi bayangan bumi, tepatnya jam 04.10 WIB.

Apa yang harus kita lakukan?

RasululLaah SAW menganjurkan 4 sunnah dalam peristiwa ini, yaitu :
1. Berdo'a dan beristighfar
2. Bertakbir
3. Shalat dan Khutbah Gerhana
4. Bershadaqah

Shalat gerhana adalah shalat yang unik, karena berbeda caranya dari shalat biasa. Dimulai dengan seruan/ajakan shalat berjama'aah dengan kalimat ASH SHALAATU JAAMi'aH (Mari shalat berjama'ah - HSR. Bukhary), lalu Imam memimpin dengan bacaan dijaharkan (nyaring) pada raka'at pertama dua kali Ruku' dan 2 bacaan nyaring, demikian pula raka'at kedua, lalu diakhiri tahiyyat dan salam. Setelah itu Imam berkhutbah menganjurkan amalan-amalan yang disebutkan di atas, mengingatkan untuk bertaqwa, serta mengajak merenungi ayat-ayat Allah 'azza wa jalla. Selengkapnya bisa dipelajari dalam Hadits-hadits berikut ini :

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau melaksanakan salat gerhana dua rakaat dengan empat kali rukuk, dan empat kali sujud dalam satu rakaat

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1503

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari. Saat itu Rasulullah saw. melakukan salat gerhana, beliau berdiri sangat lama dan rukuk juga sangat lama, lalu mengangkat kepala dan berdiri lama, tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama. Kemudian beliau rukuk lama, tapi tidak seperti lamanya rukuk pertama. Selanjutnya beliau sujud. Kemudian berdiri lama, namun tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, namun tidak selama rukuk pertama, mengangkat kepala, lalu berdiri lama, tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, tapi tidak seperti lamanya rukuk pertama, lalu sujud dan selesai. Ketika salat usai matahari sudah nampak sempurna kembali. Beliau berkhutbah di hadapan kaum muslimin, memuji Allah dan menyanjung-Nya, dan bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan itu termasuk tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, jika kalian melihat keduanya gerhana, maka bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah! Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1499

Gerhana > Seruan melakukan salat gerhana "asshalaatu jaami`atan" (marilah salat berjamaah)

Hadis riwayat Abu Masud Al-Anshari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan kedua ayat tersebut Allah membuat rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Keduanya tidaklah terjadi gerhana karena kematian seorang manusia. Karena itu bila kalian melihatnya, salat dan berdoalah kepada Allah sampai hilang yang menakutkan kalian

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1516

Hadis riwayat Asma ra.:
Dari Fatimah, bahwa Asma berkata: Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari. Aku datang menemui Aisyah yang ketika itu sedang salat dan aku bertanya: Ada apa dengan orang-orang, kenapa mereka melakukan salat? Aisyah memberi isyarat dengan kepalanya ke arah langit. Aku bertanya lagi: Tanda kebesaran Allah? Aisyah menjawab: Ya. Rasulullah saw. berdiri lama sekali (dalam salat) hingga kepalaku pusing, lalu aku ambil qirbah (tempat air dari kulit), meletakkannya di sampingku. Aku siram kepala atau wajahku dengan air. Ketika selesai salat matahari telah muncul kembali. Kemudian Rasulullah saw. berkhutbah kepada kaum muslimin. Beliau memuji dan menyanjung Allah. Lalu bersabda: Selanjutnya. Apa yang belum pernah aku lihat, telah dapat kulihat di tempatku ini, termasuk surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku, bahwa kalian akan menerima ujian dalam kubur yang hampir menyerupai fitnah atau seperti fitnah Masih Dajjal, aku tidak tahu apa ia sebenarnya. Asma melanjutkan: Seseorang di antara kalian didatangkan dan ditanya: Apa yang engkau ketahui tentang orang ini (maksudnya Rasulullah saw.)? Orang yang beriman akan menjawab: Dia adalah Muhammad utusan Allah, yang datang kepada kami dengan membawa bukti dan petunjuk. Lalu kami menyambut dan mematuhinya. (Itu dikatakannya sebanyak tiga kali). kemudian kepadanya dikatakan: Benar! Kami memang tahu bahwa engkau beriman kepadanya. Tidurlah baik-baik! Sedangkan orang munafik atau ragu-ragu akan menjawab: Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu kuikuti saja berkata seperti itu

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1509

Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
Tatkala gerhana matahari terjadi di masa Rasulullah saw. (manusia) diseru dengan seruan: "as-shalaatu jaami`atan" (marilah salat berjamaah). Rasulullah saw. melakukan dua kali rukuk dalam satu rakaat. Kemudian berdiri dan melakukan dua kali rukuk dalam satu rakaat (yang terakhir). Kemudian matahari nampak kembali

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1515

Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Tatkala terjadi gerhana matahari di masa Nabi saw., beliau bangkit terkejut, takut terjadi kiamat sampai beliau menuju mesjid. Beliau melakukan salat dengan rukuk dan sujud yang lama sekali. Tidak pernah aku melihatnya melakukan salat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kebesaran yang dikirimkan Allah, gerhana ini terjadi bukan karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi Allah yang mengirimkannya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu, bila kalian melihatnya, maka bersegeralah ingat kepada-Nya, berdoa dan mohon ampunan-Nya

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1518

Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa ia dikabarkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak terjadi gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi keduanya termasuk tanda kebesaran Allah. Maka jika kalian melihat gerhana, kerjakanlah salat

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1521

Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata:
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari pada hari kematian Ibrahim. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana disebabkan kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu, apabila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan tunaikan salat hingga matahari nampak kembali

Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1522

Semoga bermanfaat... walhamdu lilLaahi Rabbil 'aalamiin...

Jumat, 08 Agustus 2008

"Warga" Baru...!

AlhamdulilLaah, washshalaatu wassalaamu 'alaa RasuulilLaah, wa ba'd:

Sebagai lanjutan dari sharing sebelumnya saya ingin berbagi kebahagiaan dengan hadirnya "warga" baru di keluarga besar kami...ya, Bapak dan Ibu saya hari ini mendapat cucu baru dengan lahirnya bayi laki-laki adik saya yang beratnya 3,6 kg. AlhamdulilLaah, adik saya yang nomor dua hari ini melahirkan anaknya yang ke-8 di tanggal 8 bulan 8 tahun '08 (saya tidak tahu persis apakah tadi pagi kejadiannya tepat jam 8, he...he).

Saya ingin berceritera juga bahwa adik kedua saya ini (perempuan) ketika kami masih sama-sama belum menikah adalah saudara saya yang paling dekat. Maklum, kami tahu bahwa dalam Islam tidak boleh ada "pacaran", namun keuntungan ada saudara lain jenis yang umurnya dekat dengan kita bisa memudahkan "ta'aruf" jika kita lagi PDKT (pengalaman pribadi yang sudah terbukti, ...he..he).

Ketika menginjak bangku SMP adik saya ini sekolahnya sudah merangkap, paginya di sekolah umum di Lembang dan siangnya di Pesantren di Bandung. O, ya, umurnya 2 tahun di bawah saya, tapi selisih kelasnya 4 tahun di bawah saya. Waktu saya tingkat I di ITB adik saya baru lulus SMP dan melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Cijerah. Karena dia tidak mau juga meninggalkan kelas pesantrennya di Jln. Pajagalan 14 Bandung, saya diminta menemani agar mudah antar jemputnya. Pada waktu itu kami sering bermobil berdua kemana-mana, baik ke tempat kostnya di Cijerah maupun ketika belanja untuk toko buku kami yang di Lembang. Saya sendiri sempat menemani sekolah di pesantren adik saya tersebut hanya kuat satu semester saja, karena saya harus konsentrasi kuliah, dan ternyata adik saya pun akhirnya konsentrasi di MAN dan hanya kuat melanjutkan di Pesantren satu tahun saja. Inilah kemungkinan yang mendorong orang tua kami menyekolahkan adik kami yang paling kecil (perempuan juga) hanya murni di Pesantren tersebut sampai lulus tingkat Mu'allimien, walhamdulilLaah.

Salah satu pendorong saya dan adik-adik saya mendalami Dienul Islam juga dikarenakan adanya pendidikan untuk saling menyayangi dari orang tua kami. Jangankan dengan saudara kandung, sejak kecil saya sudah disuruh dekat dengan saudara-saudara sepupu saya, baik keponakan Bapak maupun keponakan Ibu. Kami diajari untuk selalu ingat pada hubungan kekeluargaan (silaturrahim). Nah, adik saya ini begitu dekat dengan saya sehingga kami sering saling berbagi ketika kami mulai tertarik pada lawan jenis, dan saling memberi saran. Singkat cerita, ketika saya menikah kelihatannya saya agak merasa "kehilangan" adik saya, dan begitu juga sebaliknya. Untung adik saya juga menikah sekitar setengah tahun setelah saya menikah, dan suaminya tiada lain sahabat saya yang sama-sama ngaji "kitab gundul" yang saya ceritakan di sharing sebelumnya. Meskipun anaknya sudah DELAPAN sekarang ini, keluarga mereka selalu dilimpahi rizqi dan kasih sayang dari orang-orang sekitarnya.

Adik ipar saya tadi lulusan pesantren, tapi juga seorang pengusaha yang sukses. Berkat ketekunannya, keluarga adik saya tersebut (suami istri) mengelola lebih dari DELAPAN toko; yang paling banyak toko mas, lalu toko grosir sembako, dan juga tentunya toko buku. Boleh dikata bakat kedua orangtua saya yang notabene pedagang menurun pada keluarga adik kedua saya itu.

Namun mereka juga sangat aktif dalam kegiatan sosial maupun dakwah dan pendidikan. Adik saya menjadi kepala RA dan suaminya menjadi ketua cabang salah satu ormas yang selama ini berperan besar mewarnai pemahaman keIslaman dalam keluarga besar kami. Anak-anak mereka pun sejak kecil sudah disekolahkan dengan pendidikan keIslaman, sehingga insya Allaah untuk keluarga mereka meskipun anaknya banyak tidak ada yang "terlantar" baik pendidikan lahir maupun bathinnya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'aalaa terus melimpahkan berkahNya pada keluarga kalian, wahai adikku ... juga dengan lahirnya anak ke-8 kalian ini semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikannya anak yang shalih. Aamien.