Minggu, 30 Desember 2007

[Audio] Kunci Sukses (1) : Ikhlas (raw)

Alhamdulillaah, shalawat dan salamNya semoga tercurah pada RasulNya shallalLaahu 'alayhi wa sallam ...

Semoga kita dijadikan orang-orang yag sukses di dunia maupun di akhirat. Aamien.

Ini audio rekaman siaran saya di Radio MQFM tentang Ikhlas dan Kesuksesan. Semoga bermanfaat!

O, ya...! Sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya karena filenya masih kasar (raw) belum diedit sama sekali. Ada yang mau berbagi program editor file² audio? Sebelumnya saya ucapkan : JazaakumulLaahu khayraa...

[Link Audio] Tilawah Al Qur`an Qori Internasional

Ehm...

Buat yang belum tahu, kita bisa mendownload bacaan dari para masyayikh qori² internasional, lho!

Semoga hati kita semakin lembut dan bersih dengan menyimak bacaan Al Qur`aan (Aamiin).

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. "

Q.S. Al Hadiid (57) Nomor Ayat : 16

Link download tersebut ada disini.

Minggu, 23 Desember 2007

Audio : Keutamaan Idul Adha (raw)

Hmm...

Menyambut usulan Al Ustadz Ir. Ihsan Zakian di postingan yang pertama disini,
agar blog ini dipakai untuk mem-publish tulisan-tulisan saya, saya mulai saja dengan memposting rekaman saya di Radio MQ :) tentang keutamaan Idul Adha. Maaf belum diedit sama sekali, namanya juga baru "learn to blog" ;( , ada yang mau ngasih tips biar blog ini lebih "cool" ?

Audio bisa di download dari link ini.

Pandangan Saya Tentang Makna Ahlussunnah

Mencermati "Ahlussunnah"

(Liputan Daurah Tamhid Bandung di Harian Umum Pikiran Rakyat Kamis,20/9)

Istilah "kembali kepada Alquran dan Sunnah" saat ini seolah menjadi jargon populer pada organisasi ataupun lembaga keislaman, tidak terkecuali lembaga dakwah kampus (LDK).

Mereka semua berharap meniti pada jalan yang lurus (shiraathal mustaqiim), seperti merujuk pada surat Al Fatihah 6-7, "Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." Pertanyaannya, bagaimanakah cara kita memahami jalan yang lurus tersebut?

Untuk memahami shiraathal mustaqiim ternyata tidak semudah mengartikannya sebagai jalan yang lurus. "Tapi, kita harus mengetahui kebenaran dan memahami kebenaran itu dengan cara yang benar serta mengamalkannya," ujar ustaz Abu Yahya, pembina Wahdah Islamiyah, saat membuka pelatihan dai muda di Masjid Al Ikhlas, kawasan Gegerkalong Kota Bandung, Sabtu (15/9).

Pada kegiatan yang diikuti perwakilan dari beberapa LDK se-Kota Bandung itu, ustaz Abu mengingatkan bahwa kebenaran bisa dikenali dari sumbernya, "Yaitu hanya dari Allah SWT," kata ustaz pembina majelis taklim Nur Madinah ini, seraya mengutip surat Al Baqarah ayat 147. Sedangkan penyampaiannya sebagaimana yang ada pada Alquran dan As Sunnah yang shahih.

Akan tetapi, kata ustaz Abu, setelah memahami dua sumber itu harus dilanjutkan dengan mengamalkannya. "Di sinilah kita harus memahaminya dengan metode (manhaj) yang benar, yaitu metode Rasululullah saw. dan para sahabat, tabi'in (generasi sesudah sahabat), serta tabi'ut tabi'in (generasi sesudah tabi'in) atau disebut juga para salafush shalih," ujar Abu.

Dasar mencontoh sikap mereka, menurut ustaz Abu Yahya telah Allah jelaskan dalam berbagai ayat Alquran. Salah satunya surat At Taubah ayat 100 yang berbunyi, "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah...

Oleh sebab itu, menurut ustaz Abu, seorang yang mengaku ahlus sunnah wal jamaah percaya bahwa metode para salafush shalih adalah jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat dan diridai oleh Allah. "Itu sebabnya, setiap ahlussunnah akan mengambil semua yang berhubungan dengan urusan agama Islam dari contoh para salaf, ulama-ulama, dan orang-orang saleh yang setia mengikuti mereka dalam kebaikan dan memegangnya kuat-kuat," ujar Abu Yahya.

Bersatu di atas kebenaran

Fenomena kebangkitan Islam di kampus-kampus saat ini yang terlihat dari berbagai kegiatan atau kajian-kajian yang kian hari meningkat, ditanggapi positif oleh ustaz Abu. "Walaupun begitu ahlus sunnah menginginkan persatuan di atas kebenaran bukan hanya persatuan di atas organisasi atau golongan. Selain itu, aspek ukhuwah islamiyah tetap harus dijaga," kata ustaz yang aktif mengisi di salah satu radio swasta di Kota Bandung ini.

Ustaz Abu mencermati banyak terjadi di lapangan dakwah kampus, mereka yang berat ke salah satu dari dua hal tersebut. "Ukhuwah akur, tapi akidah tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya ilmunya tinggi, merasa hebat, tapi pergaulannya dengan sesama Muslim buruk. Inilah yang harus dihindari," ujar dia.

Dijelaskan ustaz Abu, salah satu sifat ahlus sunnah adalah selalu berkasih sayang sesama mereka (kaum Muslim), dengan keinginan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam di atas kebenaran (jemaah Muslim). Yang bila merujuk pada pendapat Ibnu Mas'ud ra, salah satu sahabat penafsir Alquran. "Jemaah adalah yang mengikuti kebenaran, walaupun engkau sendiri...,".

"Jadi, kalau ingin mengikuti jejak para salafush shalih, pertama belajar kebenaran dengan baik, kemudian belajar meningkatkan kemampuan ukhuwah dan bersinergi dengan sesama Muslim sembari menyebarkan kebenaran yang kita ketahui," kata Abu Yahya.

Dia juga mengingatkan, jangan ekslusif, tertutup, dan merasa benar sendiri. "Kita harus siap berkolaborasi, hanya kita punya prinsip dan siap berbagi mengenai prinsip tadi," kata Abu.(heykal sya'ban/kampus_pr@yahoo.com)

Mukjizat Al Qur`an

Kebenaran Ilmiah, Mukjizat Alquran

("PR",Bandung,04 Oktober 2007) atau baca di :
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/102007/04/ramadan03.htm

Alquran adalah kitab petunjuk bagi seluruh manusia (hudan li al-nas), yang di dalamnya juga mengandung penjelasan (bukti-bukti) sebagai petunjuk. Bukti-bukti itulah yang kita katakan sebagai mukjizat, karena dengan bukti-bukti tadi manusia tidak dapat mengingkari kebenaran isi Alquran. Selain mukjizat dari segi kekuatan bahasa, ketepatan berita sejarah maupun kejadian yang akan datang, serta keadilan hukum-hukum yang dikandungnya, terdapat pula mukjizat dari segi ilmiah (sains dan teknologi) yang beberapa faktanya baru bisa kita saksikan di zaman mutakhir ini.
Dalam Seminar Internasional Mukjizat Alquran dan Asunah tentang iptek di Bandung yang diikuti oleh peserta dari berbagai penjuru dunia, terungkap pengakuan para pakar iptek Muslim maupun non-Muslim tentang ketepatan ungkapan Alquran dalam menjelaskan fenomena sains dan teknologi. Beberapa contoh berikut ini hanya merupakan sebagian kecil cuplikan dari ungkapan para pakar tersebut.
Bidang embriologi: Sampai abad ke-17 ilmuwan Barat beranggapan bahwa penciptaan manusia terjadi sempurna sekaligus, yaitu sudah berbentuk utuh ketika dikeluarkan dari bibit bapaknya (sperma). Pada abad ke-18 ditemukan mikroskop yang menunjukkan bahwa sel telur ibu (ovum) lebih besar ukurannya dari sperma, sehingga anggapan tersebut bergeser ke pembuahan di ovum sebagai awal kesempurnaan terbentuknya seluruh anggota badan manusia. Baru pada abad-abad berikutnya dunia kedokteran Barat mengetahui bahwa manusia terbentuk sempurna secara bertahap dalam rahim ibunya. Padahal, umat Islam sudah meyakini sejak 15 abad yang lalu, berdasarkan berita Alquran, bahwa manusia tercipta secara bertahap (Q.S. Nuh: 13-14 ), dalam tiga lapis kegelapan di perut ibunya (Q.S. Az -Zumaar: 6), dan mempunyai nama-nama tahapan yang menggambarkan keadaan embrio secara akurat, 'alaqah, mudhghah, 'izhaam, kisaail 'izhaam bil lahm (Q.S. Al Mu'minuun : 12-14), sebelum terbentuk menjadi manusia secara utuh (khalqan akhar).
Bidang kosmologi: Kebanyakan kepercayaan batil beranggapan bahwa dunia dan alam semesta ini langgeng, tidak bermula dan tidak berakhir. Baru setelah dipelajarinya kosmologi (ilmu tentang asal usul alam semesta) dengan dukungan kemajuan fisika, terutama fisika nuklir, diketahui bahwa alam semesta ini bermula dan akan berakhir. Bermula dari suatu “dentuman besar” (big bang), kemudian terus mengembang (the expanding universe), dan diperkirakan akan berakhir dalam suatu “runtuhan besar” (big crunch). Walaupun pernyataan-pernyataan tersebut baru bersifat teoretis dalam kosmologi, namun Alquran sudah memastikan sejak 15 abad yang lalu, bahwa langit dan bumi berasal dari satu paduan yang kemudian terpisah (Q.S. Al-Anbiya: 30), alam semesta ini diluaskan (Q.S. Adz Dzaariyaat: 47), kemudian akan dihancurkan seperti kertas yang digulung (Q.S. Al Anbiyaa: 104).
Bidang metalurgi dan astronomi: Kalau kita buka terjemahan Alquran Surah Al-Hadid ayat 25, akan kita dapati ungkapan "... dan Kami ciptakan besi ...", padahal dalam kalimat aslinya berbunyi "... wa anzalna al hadida ... (dan Kami “turunkan” besi) ...". Ternyata besi (ferum) yang massa atomnya 56-57 kali massa atom hidrogen, memang hanya bisa terbentuk di bintang-bintang nun jauh di sana. Matahari kita saja yang besarnya lebih dari sejuta kali bumi ini, hanya mampu mengubah atom-atom hidrogen menjadi atom baru yang dinamai helium, dengan kehilangan sebagian massa pembentuknya. Massa yang hilang inilah yang dipancarkan terus-menerus sebagai energi matahari sejak sekitar lima miliar tahun yang lalu. Kenyataan bahwa besi benar-benar diturunkan dari luar bumi diketahui setelah penemuan astronomi modern yang mendapati bahwa terbentuknya besi hanya bisa terjadi di bintang-bintang dengan massa lebih dari empat kali massa tata surya kita.
Dr. Abdul Majid Az-Zindany, Sekretaris Umum Haiatu al i'jazil 'ilmiy fi Alquran wa al Sunnah (Komisi Mukjizat Ilmiah dalam Alquran dan As Sunnah) Rabithah Alam Islami yang berpusat di Mekah Al-Mukaramah, memberikan panduan berkaitan dengan mukjizat ilmiah ini. Menurut dia, suatu penemuan iptek merupakan mukjizat ilmiah Alquran maupun As-sunah dengan berpijak bahwa (1) Ilmu Allah SWT. bersifat universal dan kebenarannya bersifat mutlak. Adapun ilmu manusia bersifat terbatas dan kebenarannya nisbi, bisa benar bisa pula salah.
(2) Ada nas-nas wahyu (Alquran) yang memiliki dilalah (penunjukan) pasti, demikian pula ada realitas ilmiah yang indikasinya juga pasti. (3) Ada juga ungkapan wahyu yang tidak memberikan penunjukan pasti (zhanniy al dilalah atau mutasyabihat), sebagaimana pula ada teori ilmiah yang belum bersifat pasti.
(4) Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari wahyu dengan yang pasti dari realitas ilmiah. Kalau terjadi pertentangan pastilah ada kesalahan dalam menentukan kepastian salah satunya. (5) Jika Allah SWT menampakkan kepada hamba-hamba-Nya ayat-ayat-Nya di ufuk dan dalam diri manusia, yang menunjukkan kebenaran ayat-ayat dalam kitab-Nya atau hadis Rasul-Nya, maka pemahaman nas menjadi jelas, kesesuaiannya menjadi sempurna, penafsirannya menjadi kokoh, dan penunjukan (dilalah) lafal nas tersebut jadi tertentu; yaitu sesuai dengan penemuan ilmiah tersebut yang berupa realitas fakta di alam. Inilah yang disebut mukjizat ilmiah.
(6) Sesungguhnya teks (nas) wahyu diturunkan dengan lafal yang komprehensif, mencakup segala konsep yang baru dalam topik-topiknya. Kebenaran kandungannya terus-menerus muncul dari satu generasi ke generasi selanjutnya. (7) Jika terjadi pertentangan antara nas yang penunjukannya pasti (qath'iy al dilalah) dengan suatu teori ilmiah, maka teori tersebut harus ditolak. Hal ini disebabkan nas wahyu berasal dari Zat Yang Maha Berilmu. Adapun jika terjadi kesesuaian, maka nas wahyu menjadi patokan kebenaran teori tersebut (dan bukan sebaliknya). Sedangkan jika nas tadi penunjukannya tidak pasti (zhanniy al dilalah) padahal realitas alamnya sudah bersifat pasti, maka nas tersebut harus ditakwilkan pada pengertian yang sesuai dengan kenyataan ilmiah tersebut.
(8) Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmu yang pasti dengan hadis (pengetahuan atau peristiwa) yang ketetapannya belum pasti (zhanniy al tsubuut), maka pengertian hadis tadi harus ditakwilkan sesuai dengan kepastian pengertian ilmiah itu. Adapun jika tidak ada kesesuaian, maka yang pasti (qath'iy al dilalah) harus didahulukan dari yang tidak pasti (zhanniy al dilalah). Wallahu a'lam. (H. Abuyahya Purwanto, S. Si., alumnus Astronomi ITB, praktisi dakwah Islam, anggota PiSQ-ICMI).***

Sabtu, 22 Desember 2007

Tentang Perbedaan Idul Adha

Sebelum ada yang ngasih saran...

Ini posting yang diharapkan banyak komentar karena KONTROVERSIAL.

Tapi kalo bisa komentar anda ada kesimpulannya : setuju/tdk setuju

Sebenarnya posting yg ini adalah tanggapan yg saya posting di tempat lain ... ;(

-------

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Maaf, ya! Sebenarnya yang disebut hari Wukuf adalah HARI TANGGAL 9 Dzulhijjah, bukan hari berdasarkan namanya (Ahad, senin selasa rabu…). Jadi jangan jadikan patokan Hanya beda 4 jam nama harinya harus sama. Sebenarnya Nama hari yang dipakai secara Internasional sekarang ditentukan oleh penanggalan Masehi, yaitu dimulai pada meridian 180 BB/BT. Jadi, patokannya tetap rukyat hilal di tempat masing-masing. Misalnya, jika Indonesia melihat hilal awal Ramadhan pertamakali, maka empat jam kemudian tanggal 1 Ramadhan juga berlaku untuk Arab Saudi, sedangkan jika Saudi melihat Hilal awal Dzulhijjah pertama kali padahal 4 jam sebelumnya hilal tidak terlihat di Indonesia, maka awal Dzulhijjah berlaku untuk Indonesia 20 JAM KEMUDIAN walaupun konsekwensinya harus berbeda NAMA HARINYA karena melewati 180 BB/BT tadi (International Dateline), tapi tetap sama-sama tanggal 1 Dzulhijjah. Kecuali kalau anda tidak percaya bahwa bumi ini bulat. Faham?
Sekali lagi maaf.
Selengkapnya baca di :
http://www.dakwatuna.com/index.php/editorial/2007/idul-adha-dan-ibadah-haji-kapan/

Menurut anda?
Tuliskan komentar Anda.

Bismillaah...................

Assalaamu'alaikum WarahmatulLaahi Wabarakaatuh,

Innal hamda lilLaah, nahmaduhuu wanasta'iinuhuu wanastaghfiruh....

Eh, khoq jadi ceramah? Kebiasaan kali, ya!

Ini postingan pertama di blog pertama saya, harapan saya para sahabat yang mampir ke blog ini dapat ngasih saran-saran : apa yang bagusnya saya tulis di sini. Sebelumnya saya ucapkan :
JazaakumulLaahu khayraa....

Wassalaamu'alaikum WarahmatulLaahi Wabarakaatuh,
Sahabatmu,

Abuyahya Purwanto