Rabu, 29 Juli 2009

Berdo'a dan Bekerja

AlhamdulilLaahi was Shalaatu was Salaamu 'alaa RasuulilLaah...

"Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu 99, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. 2:153) 99, Ada pula yang mengartikan: "Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan shabar dan shalat".

Kita sering mendengar ungkapan Latin "Ora et Labora" yang kurang lebih artinya "Berdoalah sambil bekerja". AlhamdulilLah, dalam Islam ajarannya jauh lebih sempurna, yaitu : berdo'alah dengan SHALAT, walaupun termasuk seluruh do'a secara umum. Adapun bekerja harus disertai dengan SABAR.

Sabar mencakup tiga keadaan :
1. Sabar ketika melaksanakan perintah Allah
2. Sabar ketika meninggalkan hal2 yang dilarangNya
3. Sabar ketika menerima takdirnya yang terasa pahit, untuk kemudian Ridho atas ketentuannya, dilanjutkan Syukur karena meyakini selalu ada hikmah di balik musibah.

Diriwayatkan bahwa Imam Al Bukhary rahimahulLaah sebelum menulis SETIAP hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang dimuat dalam SHAHIH BUKHARY shalat dulu 2 raka'at, sehingga sampai sekarang kitab SHAHIH BUKHARY adalah buku paling terpercaya setelah Al Qur'an.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw. bersabda, "Do'a seorang hamba akan terus dikabulkan selama ia tidak meminta suatu dosa atau untuk memutus tali silaturami dan tidak tergesa-gesa." Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Beliau menjawab, "Yaitu seorang yang berkata-kata, 'Aku sudah berdo'a dan berdo'a namun sampai sekarang belum juga dikabulkan.' Lalu ia merasa rugi dan akhirnya tidak lagi mau berdo'a," (HR Muslim [2735]).

Diriwayatkan dari Uqbah bin Shamit r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada di atas bumi muslim yang berdo'a kepada Allah kecuali Allah akan memberi apa yang ia minta atau Allah akan menghindarkannya dari kejelekan yang semisalnya, selama ia tidak berdo'a untuk suatu dosa atau untuk memutus tali silaturahim." Seorang lelaki dari suatu kaum bertanya, "Kalau begitu kami akan memperbanyak do'a?" Beliau menjawab, "Apa yang Allah berikan lebih banyak daripada apa yang kalian minta," (Shahih, HR at-Tirmidzi [3644]).

Semoga kita dijadikan orang-orang yang konsisten (istiqomah) dalam menetapi kesabaran, sholat, dan berdo'a hanya kepada Allah semata. Aamiin.

Jumat, 24 Juli 2009

Takut dan Harap

AlhamdulilLaahi wash Shalaatu was Salaamu 'alaa RasuulilLaah...

Berkata Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy dalam bukunya Mukhtashar Minhajil Qashidin : Keutamaan segala sesuatu sesuai dengan dukungannya dalam meraih kebahagiaan, yaitu bertemu Allah Ta'ala (di Surga), serta dekat kepadaNya. Segala yang mendukung kepada tercapainya kebahagiaan tersebut, maka itu adalah suatu keutamaan.

Allah Ta'ala berfirman yang maknanya,
Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga 1447. (QS. 55:46)
1447. Yang dimaksud dengan "dua surga" di sini ialah surga untuk manusia dan surga untuk jin. Ada juga ahli tafsir yang berpendapat surga dunia dan surga akhirat.

Dan Allah Ta'ala berfirman yang maknanya,
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya. (QS. 98:8)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang maknanya,
" Allah 'Azza wa Jalla berfirman : demi KeagunganKu demi KemuliaanKu, Aku tidak akan menyatukan pada seorang hamba dua rasa takut, dan Aku tidak akan menghimpun padanya dua rasa aman. Jika dia merasa aman kepadaKu di dunia, Aku akan membuatnya takut di hari kiamat. Dan jika dia takut kepadaKu di dunia, Aku akan membuatnya aman di hari kiamat."

Dari 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda yang maknanya,
"Dua mata tidak akan disentuh api neraka : Mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan Mata yang terjaga malam2 dalam mengawasi musuh saat perang fii sabilillah"

Ketahuilah pula, bahwa jika ada yang berkata : Mana yang lebih utama, Takut atau Harap?
Maka itu seperti perkataan : Mana yang lebih utama, Roti atau Air?

Dan jawabannya : bagi orang yang lapar roti lebih baik, sedangkan untuk orang haus air lebih baik. Jika keduanya bersatu, dilihat yg lbh dominan. Jika sama2 tkt lapar dan hausnya, maka roti dan air setara kebaikannya.

Khauf dan Rajaa adalah dua obat yg dengannya qalbu2 tersembuhkan. Maka keutamaan keduanya tergantung penyakit yang ada di qalbu. Jika yg dominan di qalbu merasa aman dari rencana Allah (QS. 7:99), maka Khauf (Takut) lebih utama. Sedangkan jika banyak maksiat sehingga putus asa dari rahmat Allah, maka Rajaa (Harap) lebih utama. Namun secara keseluruhan boleh juga dikatakan bahwa : Khauf lebih utama dari Rajaa, karena secara umum lbh banyak org yg tertipu penyakit "aman".

Akan tetapi jika dilihat dari sisi nilainya, Rajaa lbh bernilai dari Khauf. Krn Rajaa berharap pada Rahmat Allah, sedangkan Khauf adalah Takut pada Murka Allah. (Sedangkan RahmatNya lebih besar dari KemarahanNya -pen.).

Adapun orang yang bertaqwa, maka sebaiknya seimbang antara Takut dan Harap.Jika dikatakan : Semua orang masuk Surga kecuali satu orang, hendaknya dia takut menjadi yang satu itu. Jika dikatakan : Semua orang masuk Neraka kecuali satu orang, hendaknya dia berharap dirinyalah orang tersebut.

Jika ditanyakan : Bagaimana Takut diseimbangkan dengan Harap pada diri orang yang beriman, padahal dengan ketaqwaannya, bukankah seharusnya Harap lebih dominan?

Jawabnya : karena kita tidak tahu apakah ketaqwaan tersebut diterima Allah, sehingga selalu harus menyertakan rasa takut dalam beramal baik (QS. 23:60-61).

Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu 'anhu : Apakah aku termasuk orang munafiq? Semata-mata disebabkan takutnya ada sifat2 munafiq pada dirinya. Dan aib tersebut tersembunyi darinya.

Maka Takut yang terpuji adalah yang mendorong Amal, dan mengingatkan Qalbu agar tidak cenderung pada keduniaan.

Adapun ketika datang kematian, maka yang terbaik baginya adalah Rajaa. Karena Khauf seperti cambuk untuk beramal, sedangkan setelah mati tiada amal lagi, maka Khauf kurang bermanfaat menjelang kematian. Bahkan melemahkan qalbu. Sedangkan Rajaa pada keadaan ini akan menguatkan qalbu. Dengan Rajaa dia jadi makin cinta pada Allah, karena tiada seorang pun layak meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Cinta pada Allah Ta'ala, cinta untuk berjumpa denganNya, berbaik sangka kepadaNya.

Sulaiman At Taimiy berkata ketika menjelang ajal : ceritakan padaku tentang hal2 yang meringankan (rukhshah), supaya aku berjumpa dengan Allah dalam keadaan berbaik sangka kepadaNya.

Kesimpulan : Senantiasa perkuatlah rasa Takut atas Harap agar terus terdorong meningkatkan amal kebaikan (QS. 23:60-61), kecuali saat dosa-dosamu membuatmu putus asa atau saat hampir berakhir kesempatanmu 'tuk beramal.