Seseorang datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan berkata,
“Wahai Rasulullah, berilah saya makanan” Beliau kemudian mengutusnya ke
rumah istrinya, tetapi di rumah ternyata tidak ditemukan makanan. Nabi
صلى الله عليه وسلم bersabda, “Adakah seseorang yang mau menjamu tamu
pada malam ini ? Semoga Allah merahmatinya” Seseorang dari kalangan
Anshar berdiri kemudian ia menjawab, “Saya, wahai Rasulullah”
Laki-laki itu pulang dan menemui istrinya dan berkata, “Ini adalah tamu Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Jangan remehkan dia.”
Istrinya menukas, “Demi Allah, aku tidak memiliki makanan selain yang tersisa untuk anak-anak”
Suaminya berkata, “Jika anak-anak menginginkan makan malam,
tidurkanlah mereka. Kemarilah, padamkan lampu. Biarkan perut-perut kita
tak terisi makanan pada malam ini”
Malam itu mereka tak menyantap makanan untuk makan malam.
Keesokan harinya, laki-laki itu menjumpai Rasulullah صلى الله عليه
وسلم. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh Allah عزوجل telah
takjub —atau tertawa— terhadap fulan dan fulanah” Kemudian turunlah
ayat:
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan ini).
Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9) (HR. Al-Bukhari no. 4889.
Lihat Tafsir Ibnu Katsir, VII/42-43)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar