Kamis, 25 September 2008

Bekal Mental untuk Menghadapi Ujian Hidup

(Versi Asli, lain sedikit dengan Versi yang dimuat di Harian PR)

Diantara sifat orang yang beriman adalah merasa gembira dengan datangnya Ramadhan, dan merasa sedih dengan kepergiannya. Oleh karena itu detik-detik dalam bulan penuh berkah ini digunakannya untuk benar-benar mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan berbagai ibadah : shaum, tarawih, sedekah, membaca serta mempelajari Al Qur’an, dll. Makin dekat ke akhir Ramadhan, semangatnya makin tinggi dalam mengejar ampunan dan rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan puncaknya beritikaf di sepuluh malam terakhir untuk mendapatkan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sifat seperti ini merupakan bukti keimanannya dalam memenuhi seruan Rabbnya agar bersegera untuk mendapatkan ampunan dariNya dan surga yang seluas langit dan bumi, ketika datang kesempatannya memanfaatkan bulan yang mendatangkan ampunan dan ketakwaan.

“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa “ Q.S. Aali ‘Imraan : 133

Sebagai orang yang menyadari dosa-dosanya kita tentu sangat membutuhkan ampunan Allah agar kita tidak mengulangi dosa-dosa tersebut dan menebusnya dengan perbuatan-perbuatan baik, agar selamat dari bencana di dunia ini maupun azab di akhirat nanti. Bahkan dengan semakin terbukanya penemuan modern, kita seharusnya makin mengharapkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Bayangkan saja, bumi yang sekarang dihuni oleh sekitar 6,8 milyar manusia saja sudah terasa luas, padahal hanya satu noktah kecil saja dibanding luasnya langit dunia ini. Matahari yang menjadi pusat tata surya berjarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi dan besarnya lebih dari sejuta kali bumi. Bersama sekitar satu milyar bintang lainnya matahari membentuk galaksi kita yang berdiameter seratus ribu tahun cahaya. Galaksi tetangga kita yang paling dekat, Andromeda, jaraknya “hanya” sekitar dua juta tahun cahaya. Sampai saat ini luas langit yang dapat diketahui manusia “hanya” sampai sekitar 30 milyar tahun cahaya. Jadi, betapa luasnya surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang bertakwa! Subhanallah.


Keterangan Gambar : Galaksi-galaksi di alam raya hasil pengamatan teleskop luar angkasa Hubble, setiap galaksi berisi jutaan hingga milyaran bintang (Sumber : http://www.webshot.com)

Masalahnya kita tidak mungkin meraih surga tanpa diuji dahulu di dunia ini ketika kita mengaku sebagai orang-orang yang beriman. Sebagaimana makna ayat-ayat berikut ini,

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. “ Q.S. Aali ‘Imraan : 142

(Catatan kaki dalam Terjemah Al Qur’an : Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2. memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.)

“ Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. “ Q.S. Al Ankabuut : 1-3

Sebagai salah satu ujian keimanan, kita merasakan banyak persoalan yang datang kepada kita menjelang Ramadhan tahun ini. Para pemimpin dan penegak hukum yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyatnya malah banyak yang diajukan ke pengadilan dengan tuduhan korupsi, belum lagi kenaikan bahan-bahan kebutuhan pokok disebabkan kenaikan BBM serta dicabutnya subsidi minyak tanah, ditambah maraknya tayangan-tayangan yang memancing syahwat untuk bermaksiat dan iklan-iklan paranormal yang bisa merusak akidah tauhid. Bagi orang yang beriman datangnya bulan Ramadhan seolah penyejuk dan pembuka jalan untuk menemukan solusi bagi persoalan hidupnya, namun orang yang lemah imannya cenderung makin murung dengan datangnya bulan ini karena dibayangi ketakutan menghadapi kesulitan ekonomi. Sungguh benarlah firman Allah Jalla Jalaaluh yang artinya,

“ Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” Q.S. At Taghaabun : 11

Petunjuk yang diberikanNya pada hati orang-orang beriman dalam menghadapi kejadian apa pun di dunia ini adalah keimanan itu sendiri, yang salah satu rukunnya adalah iman kepada takdir Allah baik yang terasa manis maupun pahit. Takdir manis dihadapi dengan keimanan akan melahirkan syukur, sedangkan takdir pahit membuahkan sabar. Lebih jauh lagi kesabaran tersebut akan melahirkan ridho karena yakin bahwa yang sudah terjadi merupakan ketentuan Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, selanjutnya malah melahirkan syukur setelah menemukan hikmah di balik musibah. Lebih penting dari itu, kejadian di dunia ini dijadikan pelajaran agar bisa berbekal sebelum datangnya kematian.

“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. “ Q.S. Al Anbiyaa : 35

Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bekal mental untuk menghadapi ujian hidup. Mumpung kita masih berada di bulan penuh berkah ini, jangan biarkan semangat ibadah kita menurun. Bayangkan bila ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita, jangan sampai kita menyesal dengan tidak memanfaatkannya sebaik-baiknya. Wallahu a’lam.

Penulis, Pembina Wahdah Islamiah Bandung,Pimpinan Ma’had Al Amanah Lembang, Mubalig, dan Alumnus Astronomi ITB.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak Abu, saya boleh kenalan kan? Siapa tahu dapat tambahan banyak ilmu. Kenalan ya?

abuyahya mengatakan...

Ok, makasih komentarnya, yaa...

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum Wr. Wb.
Taqabalallahu Minna Waminkum Syiamana Wa Syiamakum. Mohon maaf lahir bathin. Terima kasih banyak atas pencerahannya Abu. Semoga selalu dibimbing oleh Allah Swt. Amin.

Erry
//takaramono.wordpress.com