Minggu, 23 Desember 2007

Pandangan Saya Tentang Makna Ahlussunnah

Mencermati "Ahlussunnah"

(Liputan Daurah Tamhid Bandung di Harian Umum Pikiran Rakyat Kamis,20/9)

Istilah "kembali kepada Alquran dan Sunnah" saat ini seolah menjadi jargon populer pada organisasi ataupun lembaga keislaman, tidak terkecuali lembaga dakwah kampus (LDK).

Mereka semua berharap meniti pada jalan yang lurus (shiraathal mustaqiim), seperti merujuk pada surat Al Fatihah 6-7, "Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." Pertanyaannya, bagaimanakah cara kita memahami jalan yang lurus tersebut?

Untuk memahami shiraathal mustaqiim ternyata tidak semudah mengartikannya sebagai jalan yang lurus. "Tapi, kita harus mengetahui kebenaran dan memahami kebenaran itu dengan cara yang benar serta mengamalkannya," ujar ustaz Abu Yahya, pembina Wahdah Islamiyah, saat membuka pelatihan dai muda di Masjid Al Ikhlas, kawasan Gegerkalong Kota Bandung, Sabtu (15/9).

Pada kegiatan yang diikuti perwakilan dari beberapa LDK se-Kota Bandung itu, ustaz Abu mengingatkan bahwa kebenaran bisa dikenali dari sumbernya, "Yaitu hanya dari Allah SWT," kata ustaz pembina majelis taklim Nur Madinah ini, seraya mengutip surat Al Baqarah ayat 147. Sedangkan penyampaiannya sebagaimana yang ada pada Alquran dan As Sunnah yang shahih.

Akan tetapi, kata ustaz Abu, setelah memahami dua sumber itu harus dilanjutkan dengan mengamalkannya. "Di sinilah kita harus memahaminya dengan metode (manhaj) yang benar, yaitu metode Rasululullah saw. dan para sahabat, tabi'in (generasi sesudah sahabat), serta tabi'ut tabi'in (generasi sesudah tabi'in) atau disebut juga para salafush shalih," ujar Abu.

Dasar mencontoh sikap mereka, menurut ustaz Abu Yahya telah Allah jelaskan dalam berbagai ayat Alquran. Salah satunya surat At Taubah ayat 100 yang berbunyi, "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah...

Oleh sebab itu, menurut ustaz Abu, seorang yang mengaku ahlus sunnah wal jamaah percaya bahwa metode para salafush shalih adalah jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat dan diridai oleh Allah. "Itu sebabnya, setiap ahlussunnah akan mengambil semua yang berhubungan dengan urusan agama Islam dari contoh para salaf, ulama-ulama, dan orang-orang saleh yang setia mengikuti mereka dalam kebaikan dan memegangnya kuat-kuat," ujar Abu Yahya.

Bersatu di atas kebenaran

Fenomena kebangkitan Islam di kampus-kampus saat ini yang terlihat dari berbagai kegiatan atau kajian-kajian yang kian hari meningkat, ditanggapi positif oleh ustaz Abu. "Walaupun begitu ahlus sunnah menginginkan persatuan di atas kebenaran bukan hanya persatuan di atas organisasi atau golongan. Selain itu, aspek ukhuwah islamiyah tetap harus dijaga," kata ustaz yang aktif mengisi di salah satu radio swasta di Kota Bandung ini.

Ustaz Abu mencermati banyak terjadi di lapangan dakwah kampus, mereka yang berat ke salah satu dari dua hal tersebut. "Ukhuwah akur, tapi akidah tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya ilmunya tinggi, merasa hebat, tapi pergaulannya dengan sesama Muslim buruk. Inilah yang harus dihindari," ujar dia.

Dijelaskan ustaz Abu, salah satu sifat ahlus sunnah adalah selalu berkasih sayang sesama mereka (kaum Muslim), dengan keinginan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam di atas kebenaran (jemaah Muslim). Yang bila merujuk pada pendapat Ibnu Mas'ud ra, salah satu sahabat penafsir Alquran. "Jemaah adalah yang mengikuti kebenaran, walaupun engkau sendiri...,".

"Jadi, kalau ingin mengikuti jejak para salafush shalih, pertama belajar kebenaran dengan baik, kemudian belajar meningkatkan kemampuan ukhuwah dan bersinergi dengan sesama Muslim sembari menyebarkan kebenaran yang kita ketahui," kata Abu Yahya.

Dia juga mengingatkan, jangan ekslusif, tertutup, dan merasa benar sendiri. "Kita harus siap berkolaborasi, hanya kita punya prinsip dan siap berbagi mengenai prinsip tadi," kata Abu.(heykal sya'ban/kampus_pr@yahoo.com)

2 komentar:

abuyahya mengatakan...

Tulisan ini juga di upload di situs resmi Wahdah Islamiyah,

http://www.wahdah.or.id

cuma di bagian mana.... cari aja sendiri ... he...he...

Anonim mengatakan...

Bersatu diatas kebenaran....
setuju banget..
oleh karena itu, perlu kiranya utk dapat menegakkan dan mengingatkan kembali kepada seluruh muslim utk kembali pada Al-Qur'an dan Hadist yang sebenar-benar nya..
perbedaan pasti akan ditemui, tapi hal tersebut hanya menjadi sebuah dinamika kehidupan, tidak perlu diikutsertakan dengan perdebatan apalagi sampai permusuhan antar sesama muslim..

semoga kita semua selalu mendapat petunjuk kebenaran yang hanya dan hanya dari Allah swt..