Sabtu, 27 Agustus 2011

Menyikapi Perbedaan Idul Fitri Dengan Nilai-Nilai Terpuji

(Dimuat juga di Harian "PR" Sabtu 27 Agustus 2011, Rubrik Opini)

Dari Kuraib, ia berkata bahwa Ummu Fadhl binti Al Harits mengutusnya kepada Muawiyah di Syam. “Maka aku sampai di Syam lalu menunaikan keperluan tersebut, sampai tampak Hilal Ramadhan olehku ketika di Syam. Aku melihat hilal malam Jumat. Kemudian aku datang ke Madinah pada akhir Ramadhan, lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia bertanya ;’Kapan kamu melihat hilal (Ramadhan) ?’
Jawabku : ‘Kami melihatnya pada malam Jumat’
Ia bertanya lagi : ‘Engkau melihatnya sendiri?’
Jawabku : ‘Ya ! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Muawiyah puasa’.
Ia berkata : ‘Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka kami akan terus berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai kami melihat hilal Syawal’.
Aku bertanya : ‘Apakah tidak cukup bagimu rukyah (penglihatan) dan puasanya Muawiyah ?’
Jawabnya :’Tidak ! Begitulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah memerintahkan kepada kami’.” (HR Muslim dalam Shahihnya, III/126)

Hadits Nabi SAW di atas yang diriwayatkan secara tidak langsung oleh Ibnu Abbas RA memberikan solusi praktis jika kita menghadapi perbedaan dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan, maupun bulan lain yang berkaitan dengan waktu ibadah umat Islam (Mis. Dzulhijah). Solusi tersebut adalah : 1. Penentuan awal bulan yang berkaitan dengan ibadah adalah dengan rukyat (melihat) hilal (bulan sabit baru), dan 2. Rukyat yang berlaku adalah yang ditetapkan oleh Qadhi (hakim) di wilayah masing-masing (dalam hal ini Muawiyah RA di Syam dan Ibnu Abbas RA di Madinah).
Akan tetapi, mengingat jauhnya masa kita dari Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin RA, maka perbedaan tersebut kadang menimbulkan friksi di tubuh kaum Muslimin.
Tahun ini potensi perbedaan dalam menetapkan Idul Fitri sangatlah besar. Masjid Al Furqon UPI dan Masjid Salman ITB sudah mengumumkan perbedaan masing-masing dalam penyelenggaraan Shalat Ied, yaitu 30 dan 31 Agustus 2011. Diantara penyebab perbedaan ini adalah, walaupun bulan pada waktu maghrib hari Senin 29 Agustus sudah wujud di atas ufuk (wujudul hilal) namun belum memungkinkan untuk bisa dilihat (imkanur ru’yah). Oleh karena itu, Muhammadiyah yang menganut metode penetapan awal bulan berdasarkan wujudul hilal sudah sejak jauh hari mengumumkan hari Idul Fitri jatuh tanggal 30 Agustus. Sedangkan Depag RI dan beberapa ormas yang menggunakan metode imkanur ru’yah memperkirakan Idul Fitri akan jatuh tanggal 31 Agustus 2011.
Pada dasarnya jika masing-masing fihak bisa berlapangdada dan bermusyawarah dengan baik, kita tunggu saja hasil rukyat hilal malam Selasa, yaitu Senin 29 Agustus 2011. Apakah hilal terlihat atau tidak? Apakah diterima dalam Sidang Itsbat di Depag RI atau tidak? Kemudian hasil musyawarah tersebut diterima semua fihak dengan legowo (lapang dada). Penulis sendiri walaupun cenderung pada pendapat yang menggunakan metode imkanur ru’yah (31 Agustus), insya Allah siap tunduk jika ternyata hasil Sidang Itsbat memutuskan 30 Agustus.

Berbeda Tapi Saling Menghargai
Friksi yang mungkin terjadi jika ada penetapan Idul Fitri yang berbeda adalah, masyarakat umat Islam saling menyudutkan dengan saudaranya yang berbeda pendapat. Yang satu mengatakan, “Kamu masih puasa, padahal sudah Hari Raya? Haram tahu!”. Sementara yang lain juga bisa berkata, “Kamu tidak puasa di Hari Ramadhan padahal tidak bepergian, sakit, maupun haid/nifas? Itu dosanya sangat besar di sisi Allah!!!”.
Kalau masing-masing dibiarkan menilai fihak lain, tidak ada yang selamat. Keduanya jatuh pada hal yang haram. Namun jika semuanya sadar bahwa pendirian masing-masing berdasarkan latar belakang yang berbeda, dan juga adanya keterbatasan pada kedua pendapat tersebut, tentunya semua boleh merasa benar dengan pendapatnya tanpa menilai salah fihak lain. Rabbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhta’naa (Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami keliru… QS. 2:286).

Menaati Pimpinan dan Menjunjung Hasil Musyawarah
Dalam masalah yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak, Fikih Islam mempunyai kaidah yang jelas, yaitu “hukmul qaadhi yarfa’ul khilaaf” (keputusan hakim menuntaskan perbedaan). Apalagi dalam hal ini, keputusan Menteri Agama RI dalam menetapkan Idul Fitri dilakukan melalui musyawarah (Sidang Itsbat) yang memang sangat dianjurkan dalam Islam (QS. 3:159).
Alangkah indahnya jika setiap ormas Islam bersabar sampai ditetapkannya hasil Sidang Itsbat dan menghimbau pengikut masing-masing agar menaati hasil musyawarah yang juga merupakan Keputusan Hakim (dalam hal ini Menag RI).

Menjaga Tujuan Ibadah
Ada dua target utama orang yang beribadah di bulan Ramadhan : 1. Meraih ampunan Allah SWT (berdasarkan Hadits Nabi SAW, “ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih”), dan 2. Menggapai ketakwaan (QS. 2:183).
Diantara sifat orang yang layak diampuni Allah adalah orang yang mau memaafkan dan berlapangdada terhadap orang lain (QS. 24:22). Demikian pula diantara sifat orang yang bertakwa adalah pemurah dalam berinfaq, pandai menahan amarah, serta pemaaf pada manusia lain (QS. 3:134).

Penutup
Demikianlah beberapa nilai-nilai terpuji yang didasarkan pada Al Quran dan As Sunnah untuk direnungi dalam menghadapi perbedaan idul Fitri tahun ini. Semoga ibadah kita di bulan Ramadhan 1432 H ini diterima Allah SWT, tanpa dikotori oleh friksi karena adanya perbedaan tersebut. Taqabbalallaahu minnaa wa minkum!.

Kamis, 28 Juli 2011

Ramadhan : Road to Success

Alhamdulillaahi Wash Sholaatu Wassalaamu 'alaa RasuulilLaah ...

ammaa ba'du,

1. Sukses sejati adalah keberhasilan meraih do'a : ROBBANAA AATINAA FID DUN YAA HASANAH WA FIL AAKHIRATI HASANAH WAQINAA 'ADZAABAN NAAR

'Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu , atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang mendo'a: "Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS. 2:200)
Dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: "Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka " (QS. 2:201)
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. 2:202)'

2. Diraih dengan IMAN dan TAQWA

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. 7:96)"

"[16:97] Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. 40:39)
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. (QS. 40:40)"

"Maka, Kami memperingatkan kamu dengan api yang menyala-nyala. (QS. 92:14)
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, (QS. 92:15)
yang mendustakan (kebenaran) dan (berpaling) dari iman. (QS. 92:16)
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, (QS. 92:17)"

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (QS. 3:133)"

3. Ramadhan Mendatangkan AMPUNAN

MAN SHOOMA ROMADHOONA IIMAANAN WAH-TISAABAN GHUFIRO LAHU MAA TAQODDAMA MIN DZANBIHI
" Barangsiapa shaum Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu". ( HR.Bukhary Muslim)

4. Ramadhan membukakan pintu SURGA yang diraih dengan TAQWA

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. 2:183)"

5. Ciri Utama IMAN dan TAQWA adalah takut pada ALLAAH 'AZZA WA JALLA

"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka , (QS. 23:60)
mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. 23:61)"

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. 98:7)
Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya. (QS. 98:8)"

6. Orang yang takut pada Allah meraih hal itu dengan ILMU yang benar

"Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (Orang-orang yang BERILMU). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 35:28)"

7. Ilmu yang BENAR hanya dari ALLAAH Subhaanahu wa Ta'aalaa

"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)"

8. Berbuah TAFAKKUR (merenungi ayat-ayat Allaah), DZIKIR (mengingat ALLAAH), dan TASBIH (mensucikan ALLAAH) sehingga melakukan DO'A (memohon pada ALLAAH) agar SELAMAT DARI SIKSA NERAKA.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. 3:190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)"

9. Kesimpulan :

Agar kita bisa meraih SUKSES dengan datangnya Ramadhan, maka haruslah bersemangat meraih Ampunan ALLAAH dan meningkatkan TAQWA kepada Allaah dengan menumbuhkan Takut, Tafakkur, banyak Dzikir, rajin Menuntut Ilmu yang benar dan mengamalkannya (Ash Shirootul Mustaqiim), serta berdo'a dengan sungguh-sungguh.

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah 6 dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan . (QS. 1:5)
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. 1:6)
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat . (QS. 1:7)"

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin , orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)"



Selamat Ramadhan, semoga Allaah Ta'aalaa menuntun lisan, mata, telinga, anggota badan, dan qalbu kita untuk selalu Dzikir/mengingat kepada-Nya ... Aamiin.